Di antara kabut ungu Lembah Bunga Persik, terukir legenda tentang PUTRI Bulan, Xi Yue, dan Jenderal perang, Bai Long. Kisah mereka, seperti benang sutra yang tertiup angin, terjalin dalam mimpi seorang pujangga, terlupa di rak-rak perpustakaan kerajaan.
Xi Yue, dengan mata seindah bintang kejora dan senyum semerbak melati di tengah malam, terkurung dalam sangkar emas istana. Ia adalah bidak di papan catur dinasti, buah terlarang yang diperebutkan para pangeran serigala.
Bai Long, sang jenderal bermata elang, dengan pedang di tangan dan kesetiaan di dada, adalah perisai kerajaan. Ia adalah gunung yang kokoh, sungai yang mengalir deras, tetapi hatinya adalah danau beku.
Pertemuan mereka, seperti setetes embun di kelopak mawar, terjadi di Taman Terlarang saat Festival Lentera. Di bawah rembulan yang pucat, Xi Yue melukis potret Bai Long di atas lampion. Lukisan itu, bukan sekadar tinta dan warna, tetapi jiwa yang berbicara, kerinduan yang membara.
Bai Long, terpesona oleh keindahan yang memilukan itu, mulai bermimpi. Mimpi tentang Xi Yue, tentang kebebasan, tentang dunia yang tidak diatur oleh kekuasaan. Mereka bertemu diam-diam di bawah pohon sakura yang meranggas, berbagi cerita, berbagi harapan, berbagi...cinta? Ataukah itu hanya bayangan dari hati yang kesepian?
Namun, takdir adalah sungai yang berliku, membawa arus yang tak terduga. Permaisuri yang licik, dengan mata setajam belati es, mengetahui rahasia mereka. Xi Yue dijodohkan dengan pangeran dari kerajaan musuh, demi perdamaian yang berlumuran darah.
Bai Long, hancur hatinya, berdiri di tepi jurang keputusasaan. Ia ingin merebut Xi Yue, menantang langit dan bumi, tetapi ia terikat oleh kesetiaan, oleh tanggung jawab. Ia adalah prajurit, bukan pahlawan cerita cinta.
Pada hari pernikahan, gerbang istana menangis dengan tetesan hujan, Bai Long berdiri di antara kerumunan, menyaksikan Xi Yue diarak menuju altar. Ia melihat air mata mengalir di pipinya, air mata yang berkilauan seperti intan.
Saat Xi Yue melewati Bai Long, ia menjatuhkan sebuah jepit rambut giok, jepit rambut yang Bai Long berikan padanya di Festival Lentera. Jepit rambut itu pecah menjadi dua, seperti hati mereka berdua.
Pengungkapan: Di dalam jepit rambut itu, tersembunyi gulungan sutra kecil. Bukan surat cinta, bukan janji setia, melainkan perintah langsung dari Kaisar: Bai Long harus membunuh Xi Yue setelah pernikahan untuk memicu perang dan memperluas wilayah kerajaan. Cinta mereka hanyalah umpan, kekuasaan adalah segalanya.
Bai Long, berlutut di bawah hujan, memungut pecahan jepit rambut. Air matanya bercampur dengan air hujan, membentuk sungai kecil yang mengalir menuju cakrawala. Ia telah ditipu, ia telah diperalat.
Dan kebenaran, seindah bunga teratai di atas lumpur, justru menusuknya lebih dalam.
...Dan angin membawa bisikan, "Apakah pengorbanan itu benar-benar sepadan?"
You Might Also Like: Jual Skincare Non Komedogenik Untuk
Post a Comment